Janji Joni

Dibuka dengan cerita si Joni mengenai tahap-tahap pembuatan film yang disertai berbagai sentilan seputar industri film, membuat film “Janji Joni” agak berbeda dengan film Indonesia pada umumnya. Digambarkan pula bagaimana proses kerja dari pemutaran film di bioskop-bioskop tanah air saat ini yang untuk pemutaran di dua gedung bioskop rata-rata hanya memperoleh jatah 1 copy film sehingga copy film itu harus dibagi lagi menjadi 6 rol film agar bisa diputar bergantian. Di sinilah orang seperti Joni (Nicholas Saputra) yang berprofesi sebagai pengantar rol film menjadi sangat dibutuhkan peranannya.

Cerita berlanjut mengenai jenis-jenis penonton bioskop di negeri kita ini. Pada layar bioskop ditampilkan mulai dari penonton spoiler (Jajang C Noer), penonton telmi (Noella Birowo), penonton pamer (Dinar), penonton pacaran (Ananda Mikola dan Wulan Guritno), penonton kritikus, penonton serius, hingga penonton perfeksionis. Adegan pada bagian iini sebenarnya menarik dan mengundang senyum, tetapi mengingat keseharian Joni yang lebih sering mampir di tempatnya Pak Ucok (Gito Rollies) alias ruang proyektor film tempatnya (yang ada di belakang penonton) ketimbang jalan-jalan di dalam gedung bioskop seperti para penyobek tiket, maka jadinya terasa sedikit aneh ketika kamera justru menyorot dari arah depan penonton… ๐Ÿ™„

Joni sendiri selama ini dalam menjalankan tugasnya mengantar rol film selalu tepat waktu, sehingga penonton bioskop gak perlu kecewa dengan film yang harus terpotong di tengah jalan lantaran rol film selanjutnya yang belum datang dari gedung lain. Semuanya berjalan seperti biasa hingga suatu hari Joni bertatap mata dengan seorang cewek cakep (Mariana Renata) yang sedang antri tiket bersama pacarnya yang rese, Otto (Surya Saputra). Joni yang awalnya ragu akhirnya memberanikan diri untuk berkenalan. Karena Joni sempat sesumbar gak pernah telat ngantar rol film seperti halnya nenek moyangnya yang turun temurun berprofesi seputar antar-mengantar, maka ia diminta untuk membuktikannya. Itupun kalau mau tahu nama si cewek. Joni harus berjanji untuk tepat waktu dalam mengantar rol-rol film dari film yang akan ditonton di cewek pada hari itu. Joni menyanggupinya!

Dan dimulailah petualangan Joni. Entah kenapa pada hari itu seakan semua orang jadi iseng kepadanya. Mulai dari sepeda motornya yang dicuri orang ketika ia menyeberangkan orang buta, melapor ke petugas keamanan malah dapat omelan, harus mendengar curhat supir taksi (Barry Prima), harus ikut mengantar istrinya supir taksi yang akan melahirkan hingga ke rumah sakit bersalin, pingsan, dipaksa main jadi figuran dalam sebuah pembuatan film oleh sutradara cewek (Ria Irawan) dan asistennya ( Ronald Surapradja) yang rada aneh, Yang bikin heran, entah seberapa panjang durasi film yang rol terakhirnya sedang dibawa Joni berkeliling kemana-mana itu sehingga meskipun sudah melewati berbagai kejadian itu si Joni sempat berkata masih punya waktu 30 menit lagi. Dengan waktu yang tersisa itupun Joni masih sempat menolong Voni (Rachel Maryam), mengejar Voni, membujuk adiknya Voni (Dwiky Riza), ngeband, dikejar orang sekampung karena dianggap maling, hingga ngobrol dengan si seniman gila yang juga bandarnya maling (Soejiwo Tedjo). Melihat perbandingan waktu jadi rada gak masuk akal, kurang logis.

Sudah begitu, apakah Joni berhasil menepati janjinya kepada Angelique, si cewek cakep yang merahasiakan namanya tadi? Berhasilkah mendapatkan namanya? Berhasil atau tidaknya sebenarnya bukan itu yang jadi sajian utama dari film ini. Bisa dibilang Itu hanyalah sebagai pemanis. Sama halnya dengan bermunculannya tokoh-tokoh terkenal di film ini walaupun hanya lewat sesaat saja, seperti Catherine Wilson, Tora Sudiro, DJ Wingky, Aming, Indra Birowo, Indra “Insert – Transtv” Herlambang, Bagus “Netral”, Tantowi Yahya, Alvin “Showbiz – METROTV” Adam, dan beberapa nama lainnya.

Sebenarnya justru adegan-adegan di mana Joni harus menghadapi berbagai kejadian itulah yang merupakan kekuatan utama dari dari film ini. Lucu dan menarik. Sayang jadi agak terganggu dengan urusan durasinya yang terkesan berlebihan itu.

Akting dari Nicholas sendiri cukup bagus. Meskipun karakter Rangga (dari film “Ada Apa dengan Cinta”) masih sedikit membayanginya, namun ia cukup berhasil memerankan tokoh Joni yang polos dan belum pernah pacaran itu dengan baik. Sementara Mariana Renata yang baru pertama kali ini main film tampil sedikit canggung, terutama ketika mengucapkan dialog yang agak panjang. Terkesan kurang wajar. Gak heran walaupun termasuk tokoh utama, sosok Angelique yang diperankannya malah jadi agak tenggelam dengan kehadiran si penonton telmi dan pertanyaan-pertanyaan tololnya…

Di luar berbagai keunggulan dan ketidaklogisannya tadi, film ini bisa dibilang cukup menarik untuk sebuah tontonan yang menghibur. Jika hanya sekedar mencari tontonan komedi lokal yang asik dan segar, bolehlah film Janji Joni dipilih ketika mulai diputar di bioskop-bioskop di Indonesia pada 28 April 2005 besok! RECOMMENDED!